Tuesday, July 25, 2006

Murkakah Allah Pada Kita?

Bencana kini datang silih berganti di negeri kita. Belum tuntas penanganan bencana yang satu, kita kembali dihadapkan pada bencana yang lain. Kita seperti sedang mengantri, menanti kapan kita akan mendapat gilirannya. Mulai dari gempa dan tsunami di NAD dan Sumut, gempa bumi di Yogyakarta dan Jateng, banjir lumpur di Sidoarjo, banjir bandang di Kalimantan dan Sulawesi, kekeringan di beberapa sentral pertanian di Pulau Jawa dan Sulawesi, gempa bumi (dan tsunami) di Pangandaran dan Cilacap, rangkaian gempa di Bengkulu, Gorontalo, dan Bali.

Bencana membuat banyak orang kehilangan. Kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan tempat tinggal, harta, mata pencaharian, kesempatan untuk bersekolah, dan kesempatan untuk hidup lebih lama bersama dengan orang-orang yang dicintai.

Ada apa dengan negeri ini? Negeri dengan puluhan ribu pulau yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Mulai dari hutan-hutan tropis dengan berbagai flora dan fauna endemik, kekayaan laut, mineral yang tersimpan di dalam perut bumi, dan sebagainya. Negeri ini pun memiliki komunitas muslim terbesar di dunia. Mungkin ada yang salah dengan cara kita mengelola negeri ini. Dalam Surat Ar-Rahman ayat 8-9 Allah berfirman: Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca (keadilan) itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. Mungkin sudah begitu banyak ketidakadilan di negeri ini. Ketidakadilan kepada sesama ataupun ketidakadilan kita terhadap alam. Berapa banyak hutan yang kita babat habis dan kita jual kayunya dengan harga murah ke luar negeri. Kita biarkan perusahaan-perusahaan asing mengelola aset negara dan menjual bahan mentahnya ke luar negeri dengan harga murah dan kita beli kembali dengan harga yang jauh lebih mahal. Kita keruk habis-habisan kekayaan alam negeri ini tanpa pernah memikirkan bahwa suatu saat kekayaan itu akan habis.

Dalam Surat Nuh ayat 25 Allah berfirman: Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain Allah.
Semoga kita tidak menjadi seperti kaum Nabi Nuh, yang ditenggelamkan Allah karena sombong dan ingkar, padahal Nuh telah memberikan peringatan kepada mereka tetapi mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat (QS. Nuh: 7).

Bagaimana kita menyikapi bencana-bencana ini? Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyatakan bahwa berbagai musibah yang melanda bangsa ini bukan laknat dari Sang Maha Pencipta. Kita berharap bencana-bencana tersebut merupakan ujian dan cobaan agar kita mawas diri dan introspeksi. Jangan sampai kita kehilangan kepedulian kepada sesama. Mungkin itulah yang bisa menyelamatkan diri kita dari bencana yang setiap saat bisa menghampiri.

1 comment:

Anonymous said...

This is very interesting site... » »