Sunday, October 15, 2006

Last ten days...

Masih saja disibukkan dengan rutinitas yang sama. Beban pekerjaan yang makin overload, menghabiskan empat waktu salat wajib di kantor, pulang ke rumah antara jam 9 ato 10 malam, salat taraweh dengan sisa-sisa tenaga yang ada, tilawah yang....sekadarnya, sering tak bisa menahan emosi.........nggolek'i opo tho, han.....wake up dong....

Friday, July 28, 2006

Beratku tiga enam lagi!!!

Ga penting banget si, han….di saat semua orang menuliskan sesuatu yang “berat2” di blog-nya, ini malah keluar jalur dengan ngomongin something yang benar2 “enteng”. Tapi ya sah2 aja sih, ga ada yang ngelarang kok kita mau nulis apa aja di blog (kita sendiri), yang penting bukan hal2 yang negatif yang sifatnya provokatif serta menyinggung SARA.

Blog ini memang ber-title sesuai dengan pemiliknya. Memang ga terlalu keliatan banget sih kurusnya, karena lebih suka pake pakaian yang kagadangan. Dulu sih, salah satu alasan suka pake pakaian kagadangan, ya..untuk nutupin kekurusan aja. Kalau sekarang kan lain lagi alasannya…sudah mulai mengerti. Semasa kuliah dulu, dari awal jadi anak baru sampe lulus, hanya ada satu hal yang konstan (eh, salah deh dua maksudnya..tapi itu ga bakal dibahas di sini..sikrit!). Salah satu hal yang konstan dan bukan eRHaeS adalah…berat badan. Timbangan ga pernah bergeser dari dua angka itu. Mau nimbang di rumah ndiri, atopun di rumah teman tetep aja segitu-gitu juga (mungkin kalo nimbang di Posyandu bisa lain kali ya hasilnya). Padahal sih makan juga ga susah2 amat, ga milih lagi. Cuma ya gitu, namanya anak kuliah, makan siang bisa jam berapa aja dan belum tentu juga makan nasi. Udah gitu emang dasarnya ga doyan ngemil, ga hobi deh..

Setelah setahun kerja mulai ada perubahan. Nyokap dah mulai sering bilang, “Kayanya kamu gemukan deh”. Trus pernah nih, beli rok ukuran M…masa iya sempit. Ga ada tuh dalam sejarahnya, beli rok (ataupun pakaian) kesempitan…biasanya selalu kagadangan. Trus berasa cepat capek, jalan sedikit aja..dah ngos2an (ini sih karena faktor usia juga kayanya….deu…). Makanya setelah lama ga nimbang (karena yakin angkanya masih akan tetap sama), coba untuk nimbang. And walah…forty!… Masa sih, sempet ampe ga percaya gitu. Nyokap aja terkaget2, untung ga jantungan. Kata nyokap ga sia2 deh bikinin susu dua kali sehari, maksa2 makan malam jam 10 pulang lembur…padahal jam 7-nya dah makan di kantor. Ga tau ya kenapa berat badannya bisa naik, karena tetep aja jarang ngemil di kantor. Mungkin karena jam makan siangnya teratur kali ya…dan selalu always makan nasi ga pernah never. Seneng, karena berarti bisa ikutan donor darah. Karena kata orang2, batas minimal berat badan untuk boleh ngedonor adalah empatpuluh.

Itu dulu, ya..sepuluh bulan yang lalu lah. Nah, kemarin tiba2 aja curious…pingin nimbang aja. Dan kaget lagi…kali ini kagetnya sedih. Kok tiga enam!!! Turun lagi dari timbangan karena siapa tau mulainya bukan dari angka nol. Soalnya baru2 ini sepupu2ku pada ke rumah dan biasanya mereka suka banget “ngacak2” timbangan. Tapi, bener kok…mulainya dari angka nol, berarti ya berat badanku emang segitu. Mungkin bagi sebagian orang menganggap..biasa aja lagi turun berat badan. Dulu aku juga gitu, ga pernah terlalu pusingin masalah itu, paling nyokap yang khawatir. Tapi berhubung dah pernah ngerasain naik, ada rasa kehilangan juga. Ini juga mungkin yang dirasakan oleh banyak orang di luar sana. Yang harus kehilangan harta benda karena bencana, kehilangan tempat bernaung karena diperuntukkan bagi yang masih aktif, yang harus kehilangan orang tua, kehilangan anak. Yah…itulah namanya kehilangan. Sesuatu yang pernah dimiliki, kemudian tidak lagi menjadi milik kita. Di mana-mana kehilangan akan tetap sama. Besar kecil….relatif. Jadi kurang tepat rasanya kalau harus menjudge orang lain dengan…”Ah, cuma segitu aja” atau “Itu sih belum seberapa dengan yang saya rasakan”. Di mana-mana, rasa kehilangan akan tetap sama….walaupun hanya kehilangan kesempatan tuk ngedonor .



Tuesday, July 25, 2006

Murkakah Allah Pada Kita?

Bencana kini datang silih berganti di negeri kita. Belum tuntas penanganan bencana yang satu, kita kembali dihadapkan pada bencana yang lain. Kita seperti sedang mengantri, menanti kapan kita akan mendapat gilirannya. Mulai dari gempa dan tsunami di NAD dan Sumut, gempa bumi di Yogyakarta dan Jateng, banjir lumpur di Sidoarjo, banjir bandang di Kalimantan dan Sulawesi, kekeringan di beberapa sentral pertanian di Pulau Jawa dan Sulawesi, gempa bumi (dan tsunami) di Pangandaran dan Cilacap, rangkaian gempa di Bengkulu, Gorontalo, dan Bali.

Bencana membuat banyak orang kehilangan. Kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan tempat tinggal, harta, mata pencaharian, kesempatan untuk bersekolah, dan kesempatan untuk hidup lebih lama bersama dengan orang-orang yang dicintai.

Ada apa dengan negeri ini? Negeri dengan puluhan ribu pulau yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Mulai dari hutan-hutan tropis dengan berbagai flora dan fauna endemik, kekayaan laut, mineral yang tersimpan di dalam perut bumi, dan sebagainya. Negeri ini pun memiliki komunitas muslim terbesar di dunia. Mungkin ada yang salah dengan cara kita mengelola negeri ini. Dalam Surat Ar-Rahman ayat 8-9 Allah berfirman: Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca (keadilan) itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. Mungkin sudah begitu banyak ketidakadilan di negeri ini. Ketidakadilan kepada sesama ataupun ketidakadilan kita terhadap alam. Berapa banyak hutan yang kita babat habis dan kita jual kayunya dengan harga murah ke luar negeri. Kita biarkan perusahaan-perusahaan asing mengelola aset negara dan menjual bahan mentahnya ke luar negeri dengan harga murah dan kita beli kembali dengan harga yang jauh lebih mahal. Kita keruk habis-habisan kekayaan alam negeri ini tanpa pernah memikirkan bahwa suatu saat kekayaan itu akan habis.

Dalam Surat Nuh ayat 25 Allah berfirman: Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain Allah.
Semoga kita tidak menjadi seperti kaum Nabi Nuh, yang ditenggelamkan Allah karena sombong dan ingkar, padahal Nuh telah memberikan peringatan kepada mereka tetapi mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat (QS. Nuh: 7).

Bagaimana kita menyikapi bencana-bencana ini? Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyatakan bahwa berbagai musibah yang melanda bangsa ini bukan laknat dari Sang Maha Pencipta. Kita berharap bencana-bencana tersebut merupakan ujian dan cobaan agar kita mawas diri dan introspeksi. Jangan sampai kita kehilangan kepedulian kepada sesama. Mungkin itulah yang bisa menyelamatkan diri kita dari bencana yang setiap saat bisa menghampiri.

Saturday, July 22, 2006

I'M BACK!!!

Akhirnya, setelah sebulan lebih ga bersentuhan dengan dunia maya ...................................

Mudah-mudahan mulai hari ini, bisa posting lagi cerita-cerita atau apalah yang bisa dibagi di sini, mudah-mudahan sih ga ada yang komplain (tapi apa bisa ya..sekarang tuh lagi overload banget deh yang harus dikerjain..)

Saking lamanya ga posting, ampe dibilang RIP.....sedihnya...

Okey...see u again in my next writing...

Tuesday, June 6, 2006

Link Read More

Alhamdulillah...
Salah satu aktivitas yang dilakuin kalo lagi suntuk dengan pekerjaan adalah blogwalking. Senang aja baca-baca tulisan orang (yang bagus-bagus itu). Kadang, nemu aja blog yang isinya gimana caranya mempercantik blog. Salah satunya adalah gimana caranya nambahin link "read more" di postingan kita. Ga bisa langsung berhasil sih. Pertama kali nyoba, malah postingan kita jadi double2 gitu. Percobaan kedua, muncul sih link "read more" nya, tapi postingan kita sama sekali ga kepotong. Jadinya "read more" itu ada di akhir postingan kita (apa lagi coba yang mo di "read more", wong itu udah titik kok).
Sebenarnya sih udah putus asa, ampe nangis gitu....(seperti di postingan sebelum ini). Wah pokoknya udah nyerah deh. Tapi, mikir ... orang lain bisa, kok aku ga bisa. Ya udah akhirnya coba lagi...baca tutorial-nya tuh benar-benar dihayati, ampe titik komanya juga diperhatiin banget. And voila.....it's work.......

Senangnya....

Monday, June 5, 2006

Tuesday, May 30, 2006

Gempa 5,9 skala Richter

Negeri ini kembali dirundung duka. Belum tuntas penanganan korban tsunami di Aceh, kita kembali dihentakkan dengan musibah gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter. Gempa yang hanya berlangsung 59 detik itu mengakibatkan 5000 lebih korban jiwa (detik.com 29/05/06: 11.00 wib), ribuan korban luka, puluhan ribu korban kehilangan tempat bernaung, harta benda, dan sebagainya.

Bagi yang tidak berada di lokasi bencana, informasi atau gambaran mengenai apa yang terjadi di sana hanya terbatas yang diberitakan televisi, radio, media cetak, internet, dan media lainnya. Apa yang terjadi di lapangan sesungguhnya jauh lebih dahsyat dari apa yang sudah diberitakan. Dari apa yang kita dengar, baca, dan lihat pun sudah cukup membuat diri ini bergetar.

Tidak pernah terpikir bahwa jumlah korban jiwa akan sebanyak itu. Pada saat kejadian (Sabtu, 27 Mei 2006) sampai menjelang siang hari, jumlah korban jiwa “hanya” diberitakan sebanyak 70 orang. Tetapi angka itu terus merangkak naik, sampai akhirnya baru “ngeh” bahwa ini adalah bencana besar .

Korban yang luka-luka pun tak terhitung banyaknya. Rumah sakit yang ada tidak mampu menampung korban luka yang terus berdatangan. Korban-korban luka pun dirawat seadanya di lapangan parkir, di rumput, di jalan raya dengan beralaskan baju mereka sendiri. Sebagian besar sudah sepuh dengan luka yang terus mengeluarkan cairan merah. Korban yang tidak terluka pun memilih berada di luar rumah atau ruangan. Selain karena memang rumahnya sudah hancur, ada juga yang karena ketakutan adanya gempa-gempa susulan. Saat malam tiba, mereka tidur di tenda-tenda terbuka yang tak mampu melindungi dari hujan dan dinginnya malam.

Negeri kita memang rawan bencana karena berada di pertemuan lempeng. Tapi kita juga tidak diajarkan untuk pasrah. Pada hakekatnya Allah menciptakan alam semesta untuk kebaikan umat manusia. Manusia dituntut untuk mempelajari kejadian-kejadian di alam untuk kesejahteraan manusia. Kita tidak bisa lari dari bencana, tapi kita bisa mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan. Bisa dilakukan dengan mendesain rumah-rumah yang tahan gempa, menghindari bertempat tinggal di tempat-tempat yang rawan (longsor, banjir, dll).

Yang tak kalah pentingnya adalah kita bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian. Melakukan muhasabah (introspeksi), lebih mendekatkan diri kepada Allah. Karena kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja. Ajal adalah rahasia Allah, tidak ada satu manusia pun yang bisa mengetahui kapan waktunya. Sepatutnya setiap orang mempersiapkan diri dan berharap semoga dikaruniai husnul khotimah.

Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. Al-Anfaal: 25)

Rasulullah bersabda: “Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu musibah, lalu mengucapkan innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji’uun (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali), kemudian berdo’a Alloohumma’jurnii fii mushiibatii wa akhlif lii khoiron minhaa’ (Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah yang menimpaku ini dan berilah aku ganti dengan yang lebih baik daripadanya), melainkan Allah akan mengabulkan do’anya.”

Friday, May 26, 2006

Fine for me

Sebut saja namanya Mr. x. Dia masih terhitung saudara jauh. Dia seorang duda dengan tiga orang anak. Usia anaknya yang pertama hanya beda 3 tahun di atasku. Seingatku waktu aku kecil, kami sekeluarga pernah beberapa kali silaturahim ke rumahnya. Rumah tingkat 2 dengan halaman luas yang ditumbuhi pohon mangga, rambutan, pepaya, dan tanaman bunga-bungaan. Di tingkat 2 rumahnya, ada 1 set drum yang selalu menarik perhatian adikku yang saat itu masih balita.

Aku bertemu dengannya hanya saat aku masih kecil. Jadi kalau sekarang diminta mendeskripsikan wajahnya, jelas akan sangat sulit melakukannya. Dengan anak-anaknyapun kami tidak akrab, karena jarang ketemu. Yang kutahu, semua anak-anaknya saat ini bekerja di luar kota. Aku juga tidak tahu apakah beliau hadir pada hari ayahku berpulang, karena saat itu banyak di antara pelayat yang wajahnya asing bagiku.

Di awal tahun 2005, beliau menemui kakekku untuk menyatakan keinginannya. Respon kakekku sih biasa aja karena kakek menganggap beliau tidak serius...bagarah kalo kata orang Padang. Sampai akhirnya kakekku berpulang pada September 2005, keinginan Mr. x tidak pernah sampai ke telinga kami.

Bulan Maret 2005, ibuku menghadiri pernikahan salah seorang kerabat kami di Masjid Sunda Kelapa. Karena bukan hari libur, ibuku hanya pergi berdua dengan adikku. Di sana, bertemulah ibuku dan Mr. x. Kemudian Mr. x menyatakan keinginannya langsung kepada ibuku. Respon ibuku sama seperti respon alm. kakekku saat pertama kali mendengarnya...bagarah...sambil menolak secara halus.

Ketika aku mendengar cerita ini dari ibuku, minggu lalu saat kami berempat on the way home dari Pasar Baru, respon pertamaku adalah, "Ga pa pa kalo ibu mau, iya kan," tambahku sambil melihat ke kakak dan adikku meminta persetujuan mereka atau "memaksa" mereka meng-iya-kan apa yang aku bilang. "Engga, dulu waktu bapak sakit...ibu sibuk ngurusin bapak, jadi anak-anak terlantar, makanya sekarang pingin ngurusin anak-anak aja," itu jawab ibuku yang membuat kami semua terdiam sampai kita sampai di rumah.

Sampai hari ini, topik itu tidak pernah lagi mampir di rumah kami. Itu memang kebiasaan kami di rumah. Tak pernah membicarakan lagi sesuatu yang sudah diputuskan. Padahal aku sama sekali tidak keberatan kalau ibu meng-iya-kan permintaan itu. Apapun untuk kebahagiaan ibuku selama tidak bertentangan dengan syariat Allah, akan aku support.

Ya, mungkin bagiku ini adalah saat yang tepat untuk ibu mulai memikirkan kepentingannya sendiri. Toh kami sudah besar. Terlebih, serepot apapun ibuku saat itu, beliau tidak pernah lalai mengurus kami. Tapi ternyata, ibu lebih memilih mengurus kami yang bandel-bandel ini, yang kadang masih suka menyakiti hatinya. Memang benar kata pepatah, "Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah". Sampai kami sudah sebesar inipun, tak pernah kurang kasih sayang yang beliau berikan.

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
(QS. Luqman: 14)

Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang dari mereka atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan hendaklah rendahkan dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil (dahulu).
(QS. Al-Isra': 23-24)




Saturday, May 20, 2006

Jangan Tanyaken? Kenapa?

Berawal dari keinginan untuk "berbicara" tentang peristiwa masa lalu. Bukan untuk mengungkit kembali ataupun berkeinginan memiliki masa-masa itu kembali...jelas tidak!...hanya ingin berbagi.

Saya bahagia pernah memiliki masa-masa itu dan tak pernah menyesalinya sampai saat ini. Masa-masa itu bagi saya adalah sebuah perjalanan kehidupan yang bisa saja dialami juga oleh orang lain. JANGAN TANYAKEN? KENAPA? Apa yang terlihat baik menurut mata manusia, belum tentu baik juga menurut Pemilik mata yang sejati...begitu juga sebaliknya. Dan tak ada sesuatu pun yang terjadi di dunia ini tanpa meninggalkan hikmah. Sayangnya tak banyak yang menggali hikmah tersebut, sebagian besar hanya sibuk meratapi (bila itu adalah sebuah kehilangan) dan lupa diri (bila itu adalah sebuah ujian kesenangan). Semoga saya tidak termasuk yang sebagian besar itu. Kadang keobjektifitas dalam memandang suatu persoalan tertutupi oleh yang namanya EMOSI. Saat emosi bermain, akal sehat seakan hilang entah kemana. Mungkin ini pula penyebab masa lalu seakan-akan dipenuhi oleh air mata dan kesedihan. Kunci dari bahagia adalah berhenti memikirkan hal-hal di luar kekuasaan kita.

Saya percaya "Jauh di mata dekat di hati"...dulu dan sampai saat ini (sekali lagi tak ada maksud untuk mengulang masa-masa itu lagi). Dulu, saya memang pernah mengingkari ini. Tapi percayalah, itu hanya karena emosi (biasa...usia muda). Pengalaman ternyata jauh lebih ampuh mengajarkan apa yang harus dirasakan dibandingkan doktrin apapun. Bisa jadi ini juga akan di-amin-i oleh seorang anak yang sudah kehilangan orang tua. Sejauh apapun rentang waktunya, almarhum atau almarhumah akan tetap ada di hati anaknya masing-masing.

Saya baik-baik saja. Saya yakin Allah takkan pernah memberikan kita suatu keadaan yang kita tidak sanggup untuk melewatinya. Layaknya ujian bagi anak sekolah. Soal-soal yang diujikan untuk tingkat SMA adalah yang sesuai bagi porsi tingkat SMA dan tidak akan mungkin melebihi tingkatan tersebut (kecuali peserta kelas akselerasi tentunya). Dan ujian itu untuk apa sih... ya untuk naik ke tingkat yang lebih tinggi. Begitu pula perumpamaan untuk ujian-ujian kehidupan. Memang ada air mata, tapi yakinlah bahwa saya baik-baik saja. Masih banyak orang diberi ujian yang jauh lebih berat dari yang saya alami dan mereka tidak terpuruk. Saya juga semoga tidak seperti itu.

Saya percaya...

Tuesday, May 16, 2006

"Dan katakanlah (Muhammad), Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kebesaran)-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."
(QS. An-Naml: 93)

"Dan Dia menancapkan gunung di bumi agar bumi tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk."
(QS. An-Nahl: 15)

"Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan. (Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu. Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan."
(QS. An-Naml: 88)

"Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu tidak sulit bagi Allah."
(QS. Faatir: 16-17)

"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu, kerikil, dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."
(QS. Al-Ankabut: 40)


Wednesday, May 10, 2006

Dialah malaikat itu

Saya memanggilnya mba Titi. Berbincang dengannya seperti sedang berbicara dengan sahabat lama.....menyenangkan....Tidak ada sedikitpun terlintas pikiran bahwa kita sedang berbicara dengan seseorang yang sedang diuji Allah dengan suatu penyakit yang membuatnya tidak berdaya tanpa bantuan orang lain. Mendengar celotehnya, tidak terbayang kehidupan seperti apa yang dijalaninya selama 18 tahun berbaring di tempat tidur. "Datang aja ke sini", itu jawabnya kepada orang-orang yang biasanya meragukan ceritanya.

Tidak ada sedikitpun kalimat gugatan (keluhan) yang terucap, seperti lazimnya orang-orang yang cenderung bercerita tentang kesedihan dan merasa menjadi orang paling malang sedunia. Yang terasa adalah rasa syukurnya kepada Allah yang semakin besar. "Saya tidak peduli dengan segala kehilangan yang saya alami, asal jangan kehilangan cinta-Nya Allah", begitu ucapnya ketika saya mempertanyakan caranya menjalani hidup. Banyak hal yang kita bicarakan, dan dia tak pernah keberatan menceritakan tentang penyakitnya. Ringan.....itu yang terasa ketika dia bercerita tentang segala beban hidupnya.

Mungkin mbak Titi termasuk yang mengimani bahwa: Orang mukmin menyatakan kegembiraannya dan menyembunyikan kesedihannya di dalam hati. Tidak banyak lagi kegiatan yang bisa dia lakukan, seperti dulu ketika masih sehat. Dengan segala keterbatasan yang dia miliki, saat ini dia sedang membuat buku tentang dirinya. Tidak banyak yang dia harapkan, bahkan sampai saat ini dia masih ragu untuk mempublikasikan ceritanya. Salah satu keinginannya dengan membuat buku tersebut adalah agar keluarga besarnya bisa mengetahui apa yang selama ini dia rasakan.

Ah mba Titi, mendengar suara dan cerita mba, saya jadi malu. Kadang, saya masih suka mempertanyakan kenapa begini...kenapa begitu.....ternyata rasa syukur saya masih sangat kurang.

Monday, May 8, 2006

Bagian dari memilih

Yang namanya hari minggu ataupun hari libur lainnya pasti selalu jadi hari yang ditunggu-tunggu. Sekadar untuk melepaskan kejenuhan setelah dari senin-sabtu menjalani aktivitas rutin sebagai pekerja. Mungkin cara orang menghabiskan hari minggu atau hari liburnya akan berbeda-beda. Ada yang menghabiskan hari liburnya dengan tidur seharian di rumah, jalan-jalan sama teman, have fun bareng keluarga, ataupun puas-puasin nonton TV seharian di rumah. Kadang, saat pekerjaan sedang overload dan dikejar-kejar dateline (ato deadline??), hak untuk libur pun diambil oleh kantor. Seringkali, rencana mengisi libur resmi hari minggu harus gagal karena lembur ataupun dinas luar kota. Harus gimana lagi? ini adalah risiko bekerja yang tidak bisa ditawar-tawar.

Entah dengan orang lain, tapi saya pribadi sering merasa bersalah kalo punya banyak aktivitas di luar. Karena berarti saya mengambil hak keluarga saya. Dari senin-sabtu, kita sibuk dengan urusan masing-masing. Saya pikir ga ada salahnya kalo hari minggu dan hari libur lainnya adalah untuk keluarga. Dulu, ketika bapak saya masih ada, setiap hari minggu adalah hari jalan-jalan bareng. Kadang, kita cuma putar2 keliling Jakarta, ngelewatin kantornya bapak dan tempat-tempat yang biasa beliau datangi, cuma untuk menyenangkan hati beliau....
Dan kegiatan-kegiatan itu selalu kita lakuin bareng2 (full team): bapak, ibu, kakak, adik, dan saya.

Sekarang saat kita cuma tinggal berempat, kebiasaan pergi bareng tetap ada. Rasanya jarang sekali kita pergi tidak berempat. Ke toko buku, ke pameran, silaturahim, bahkan ziarah pun selalu kita lakukan dengan jumlah personil yang sama. Seringkali, rencana untuk pergi bareng dibatalkan karena ada salah satu anggota keluarga yang tidak bisa pergi karena ada acara lain. Biasanya kita nunggu sampai semuanya bisa pergi, baru deh kita pergi. Makanya kalau ada acara dengan teman-teman, yang kebetulan pada hari minggu ataupun hari libur, saya memilih untuk tidak pergi kalau sudah ada rencana untuk pergi bareng dengan keluarga. Bukannya sibuk atau apa....tapi bagian dari "memilih".

Seperti kejadian hari minggu kemarin, tiga hari sebelumnya kami sudah berencana untuk datang ke pameran buku di Istora. Rencananya, pergi sepulangnya adik saya psikotest di Menteng. Ternyata pagi hari, nenek pingsan saat mandi. Beliau memang sudah lama sakit...stroke juga. Badannya dingin, pucat pula. Dipanggil-panggil, diam aja. Kami semua sibuk ngolesin obat gosok di kakinya, di kening, dekat hidung, mengurut tangan beliau yang gemetaran. Setelah hampir sepuluh menit pingsan, barulah nenek sadar. Kalo udah kaya gini, ga mungkin lah tetap pergi ke pameran buku....(padahal kemarin itu hari terakhir.....!)

Jadilah berhari minggu di rumah saja. Kebetulan juga, yang biasa masak dan bantu2 di rumah lagi pergi ke Bogor, nengok cucunya. Saya sih mikirnya praktis, kalo ga ada yang masak, ya beli aja. Tapi, berhubung ada ikan dan sayuran di kulkas, ya mau ga mau harus dimasak, daripada busuk. Akhirnya, setelah lamaaaa banget ga pernah "masuk dapur", terpaksa deh.....masak!!. Ga sendirian sih, tapi ditemenin sama my beautiful sister dan si Bob, lovely cat yang sudah hampir setahun jadi anggota keluarga baru. Ga rumit sih masakannya, cuma balado ikan sama tumis sayur. Tapi, ya gitu...berhubung ga pernah masak, grogi juga megang penggorengan (abis biasanya megang mouse sih). Ternyata menggoreng itu polusi suara ya....kencang banget suara ikan pas ketemu sama minyak panas (dah lama ga ketemu kalii, jadi heboh gitu...). Karena ga biasa menggoreng, saya jadi ga bisa memperkirakan tu ikan dah mateng atau belum. Kata ibu sih, kalo warnanya dah coklat berarti dah matang. Berhubung ga sabaran dan kurang pengalaman, tu ikan saya balik2 terus (tuk tau warnanya dah berubah belum), jadinya agak2 ga sempurna gitu deh hasilnya. Belum lagi sambalnya yang tiba2 aja jadi berwarna kehitaman dan pecah2. Kata ibu, itu gosong namanya. Yah, mana saya tau......Kayanya cuma sayurnya aja deh yang rada beneran dikit. Kata adik saya sih enak. Dia mah emang penikmat segala rupa dan dulu dia paling suka kalo saya bikinin dadar mie (makanan yang saya paling pede masaknya).

Ternyata masak itu not bad lah. Dan bisa dipelajari...semakin sering dipraktikkan, dijamin semakin jago dan enak masakannya. Tapi, saya belum niat tuh untuk belajar masak. Ntar-ntar aja....
Sekarang saya masih ingin dekat sama keluarga aja, secara "sang pangeran" juga belum datang. Dan siapa tahu nanti "pangerannya" adalah orang Ambon yang punya restoran Padang.....

Untuk jeng fe.....hidup itu pilihan dan ga ada satu masalahpun yang ga ada jalan keluarnya....pasti ada


Friday, May 5, 2006

Jawaban: InsyaAllah

"Trus kamu kapan?"
Pertanyaan standar kalo datang ke pernikahan teman, kalo ada kumpul-kumpul keluarga besar, kalo ada teman ngasi undangan, kalo datang ke akikah-an anaknya teman, kalo ketemu teman lama yang lagi gendong anak, kalo ketemu teman yang lagi jalan-jalan ma keluarganya di mall, kalo ada tetangga yang hajatan, kalo datang ke acara lamaran teman, pas nemenin teman beli hantaran buat lamaran, pas liat janur kuning melengkung di jalan, pas ngeliatin orang nge-desain undangan, pas ngeliat undangan yang udah jadi, pas.....ti nanya hal yang sama....

Yang jelas, ga bakal ditanyain kalo lagi takziah...........



Tuesday, May 2, 2006

May Day

Sementara lautan pekerja long march memperingati Hari Buruh Internasional dan penolakan terhadap revisi UU No.13/2003 tentang Ketenagakerjaan, dan di tengah hujan deras mengguyur kota Jakarta, kami di kantor bete karena server mati...........

Betapa tidak berperasaannya......saya......

Wajah Yogya, Keturunan Afgan, Tampang Ambon

Sudah hampir sebulan ada anak-anak baru di kantor. Background mereka macam-macam, ada yang dari UI, UNS, UNY, dll. Di hari-hari pertama masuk, mereka harus ngafalin nama-nama kita yang sudah lebih dulu kerja di sini, adaptasi sama kerjaan yang harus mereka kerjakan, terheran-heran sama kebiasaan kita yang mungkin aneh atau asing bagi mereka, atau bahkan terpana dengan sikap kita yang tiba-tiba aja ketawa sendiri di depan komputer (mereka ga tau, kalo kita-kita kan pada rajin ber-say hi lewat Lantalk ataupun YM).

Biasanya tipikal anak baru itu antara lain pendiam, sopan, menampakkan wajah ramah bila diajak bicara, dll. Walaupun tidak semuanya bisa bersikap seperti ini. Mereka juga cenderung sungkan untuk bertanya karena takut mengganggu pekerjaan orang yang ditanya. Alhasil, selama jam kerja mereka akan duduk diam di tempat masing-masing, sampai akhirnya bel pulang berbunyi.

Seiring waktu, mereka mulai bisa berbaur, ikutan ngobrol, mulai tanya macam-macam, dan mulai berani “ngacak-ngacak” kantor. Seperti hari sabtu kemarin, kebetulan aku, Riza, m’Estu, Sandy (anak baru), dan Babe pergi ke Mentari, cari buku referensi. Trus ujug-ujug Sandy tanya gini ke aku, “Mba, orang Yogya ya?” Kujawablah bukan, karena aku kan memang bukan orang Yogya. “Abis mba tampangnya Yogya banget!” kata dia lagi. Emang orang Yogya kaya apa si, kataku dalam hati. Trus, nyampe kantor, ada anak baru lagi yang nanya. “Mba, ada keturunan luar ya?” “Luar gimana maksudnya?” tanyaku kaget. “Iya, mba mirip-mirip wajah perempuan Afganistan...Arab-arab gitu deh” kata dia. “Ada keturunan ya?” ALAMAK... pada hari yang sama, aku disangkakan berasal dari dua suku berbeda yang “jauh” banget. Yogya ama Afgan gitu lho!

Emang wajah atau tampangku seperti apa sih??...Dulu, jaman kuliah aku malah disangka berasal dari Ambon. Ceritanya ada kakak kelas yang berasal dari sana dan katanya aku mirip dengan dia.

Yang jelas bapakku orang Lamongan yang wajahnya Jawa banget (kata ibuku), sedangkan ibuku berasal dari Padang yang wajahnya juga Padang banget. Makanya kok bisa-bisanya aku dibilang wajah Yogya, keturunan Afgan, dan tampang Ambon. Tapi kalau mau disambung-sambungin sih bisa juga. Wajah Yogyaku itu diambil dari bapakku yang orang Jawa. Adapun keturunan Afgan, nah ada ceritanya nih. Ibuku bilang dulu neneknya kakekku pergi haji ke Mekkah, terus tinggallah beliau di sana selama beberapa tahun sampai lahir ayahnya kakekku. Mungkin wajah Arabku berasal dari sini (padahal kan kalo lahir di Arab belum tentu bertampang Arab ya??).

Nah, udah ketemu kan kenapa aku berwajah Yogya dan Afgan. Yang belum ketemu linknya itu adalah kenapa aku berwajah Ambon. Apa karena nanti aku akan berjodoh dengan orang Ambon ya? Who knows....sapa tau....Mungkin aja....Mungkin iya, Mungkin tidak.......

Friday, April 28, 2006

Nulis!!

"Do'ain ya." Kalimat itu jadi judul posting-an salah seorang teman kuliah di milis angkatan. Ceritanya dia ngabarin kalo ada anggota milis yang sedang menantikan kelahiran bayi mereka. Saya balas imel itu dengan kalimat yang intinya kalo saya mudah2an masih selalu ngedo'ain para penghuni milis tersebut, yang notabene adalah teman-teman kuliah saya dulu. Sejak saat itu, saya seperti memiliki alarm pengingat. Setiap saya mendo'akan bapak dan abak (almarhum), ibu, kakak, adik, nenek, orang-orang yang saya kenal, dan tak lupa mendo'akan diri sendiri, saya juga menyebut nama-nama mereka _teman2 kuliah_. Itulah kekuatan tulisan.

Seringkali niat untuk melakukan suatu kebaikan terlintas di hati. Tapi, tak jarang niat-niat itu terlupakan begitu saja karena kesibukan atau sebab-sebab lainnya. Dengan menuliskan niat itu di suatu tempat, biasanya memacu diri sendiri untuk melaksanakannya. Contohnya ya, cerita tentang teman kuliah di atas. Selama ini saya memang mendo'akan mereka, tapi ya.....tidak selalu, cuma kalo ingat (hehehe)!. Sekarang, saya seperti punya janji tuk selalu ngedo'ain mereka.

I'm fine, beneran.....trully.....

Monday, April 24, 2006

Hari Bumi

Hari Bumi pertama kali ditetapkan pada tanggal 22 April 1970 di Amerika Serikat, yang ditandai dengan aksi massal untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Apakah pemaknaan hari bumi dengan seremonial satu hari itu sudah dianggap cukup, padahal dalam setahun ada 365 hari.

Negeri kita mendapatkan kado khusus pada peringatan Hari Bumi kali ini. Berdasarkan hasil foto satelit Greenpeace, Indonesia sudah kehilangan 72% areal hutan yang dipicu oleh industri kayu yang sudah belasan tahun memasok permintaan kayu kualitas terbaik dengan harga murah dari Amerika Serikat, Jepang, Eropa, dan Cina. Indonesia berada di urutan pertama untuk negara dengan kerusakan hutan terparah.

Yang masih hangat adalah banjir bandang dan longsor di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur tanggal 20 April 2006 yang diakibatkan gundulnya hutan-hutan di kawasan tersebut. Penjarahan hutan di Trenggalek mencapai 22.500 hektar. Kerusakan hutan berdampak pada tingginya potensi banjir dan longsor yang melanda daerah-daerah sekitarnya. Selain menimbulkan korban jiwa, bencana akibat kelalaian manusia ini juga merusak puluhan rumah, fasilitas umum seperti rumah sakit, sarana telekomunikasi, dan pom bensin serta merendam ribuan hektar sawah siap panen dan hewan-hewan ternak.

Menurut data dari Depertemen Pekerjaan Umum, hingga 10 Januari 2006 sepanjang tahun 2005-2006, tercatat 39 kejadian banjir dan 10 kejadian tanah longsor. Jumlah korban meninggal 196 orang, 37 korban hilang, 33.787 diungsikan, dan 29 orang luka-luka.

Sebagian besar bencana alam yang terjadi di negeri kita, disebabkan karena kelalaian memelihara lingkungan. Yang harus diingat adalah apapun yang kita lakukan, baik atau buruk akan berimbas pada kita pribadi dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Boleh jadi, teguran berupa banyaknya bencana yang melanda negeri kita disebabkan keegoisan kita dalam mendiami bumi yang hanya satu dan satu-satunya ini.

Selamat Hari Bumi

Thursday, April 20, 2006

Perlintasan KA

Tahu berita kereta Pakuan yang menabrak Metromini berpenumpang di perlintasan rel Kalibata? Korban meninggal ada 6 atau 7 orang (saya lupa tepatnya) dan luka-luka 3 orang (termasuk bapak sopir metromini).

Kawasan Stasiun Kalibata, seperti juga kawasan-kawasan lain di Jakarta selalu macet. Penyebabnya bukan karena sarana jalan raya yang tidak mampu mendukung jumlah kendaraan atau aktivitas di atasnya, tapi lebih dikarenakan banyaknya angkutan umum yang ngetem. Terlebih bila turun hujan, macet makin menjadi karena ada genangan air di bawah fly over Kalibata yang dulu tak pernah ada saat fly over belum dibangun.

Seperti juga di perlintasan kereta api lain, di Kalibata pun ada warning horn yang selalu setia bersuara setiap ada kereta yang lewat. Kurang lebih seperti ini bunyinya: (maaf kalau salah, soalnya cuma mengandalkan ingatan pribadi)

Mohon perhatian para pengguna jalan raya.
Perlu kami beritahukan, sesuai dengan UU No 13 garis miring 92 tentang Perkeretaapian di Indonesia. Bahwa setiap pemakai jalan raya wajib mendahulukan jalannya kereta api. Palang pintu kereta bukanlah alat pengamanan utama dan bukan merupakan rambu lalu lintas. Tetapi hanyalah alat bantu untuk menjamin kelancaran perjalanan kereta api. Karena itu berhatilah-hatilah setiap akan melewati perlintasan kereta api. Di lokasi lain masih banyak perlintasan kereta yang tidak dijaga dan tidak berpintu. Oleh karena itu patuhilah rambu-rambu lalu lintas yang ada. Dengan mematuhi rambu yang ada berarti Anda telah menyelamatkan diri sendiri, keluarga, dan rekan-rekan Anda dari bahaya kecelakaan. Hingga saat ini telah banyak korban meninggal dunia sia-sia akibat kelalaian ketika melewati perlintasan kereta api. Terima kasih atas kedisiplinan Anda dalam berlalu-lintas, semoga selamat sampai tujuan.

Mungkin kesalahan terbesar bisa ditimpakan pada bapak sopir metromini yang nekad menerobos palang pintu padahal sudah jelas ada peringatan bahwa ada kereta yang akan lewat. Tapi keberadaan kendaraan lain di depannya yang tidak mau maju, walaupun sudah diklakson berkali-kali juga tidak bisa dianggap enteng. Kenapa kendaraan itu ga mau maju?? Pak sopirnya tidak tahu, atau di depannya ada kendaraan lain yang juga tidak mau maju?? Entahlah....

Kehidupan memang keras, dan yang menjalaninya terlatih menjadi keras juga, terlebih untuk orang-orang yang setiap hari berada di jalanan, seperti para sopir angkot. Sudah udara panas, banyak pengemudi yang juga panasan, harga bbm melambung tinggi, penghasilan pas2an atau bahkan nombok, serta banyak saingan. Itulah mungkin kenapa para sopir angkutan umum di Jakarta cenderung agak ugal2an, sedikit melanggar peraturan lalu lintas, berlama-lama ngetem di persimpangan jalan demi dua atau tiga penumpang.

Saya cenderung suka “memaafkan” perilaku para sopir angkot di jalan raya. Bukan karena setuju dengan tindakan mereka, tapi lebih kepada mengerti akan beban hidup mereka. Kalo mereka ngebut, ugal2an, atau bahkan berlama-lama ngetem, saya ga pernah ngomel dan cuma bisa berdoa supaya nyampe di tujuan dengan selamat dan pak sopir bisa memenuhi setoran.

Setiap hari, menuju tempat kerja, saya melewati 4 perlintasan kereta api, yakni Kalibata dan Pisangan. Mudah-mudahan yang baca tulisan ini, juga mau ngedo’ain saya supaya terhindar dari kecelakaan saat melewati perlintasan kereta api.

Lintasan Hati

"Tapi saya yang paling dekat dengannya"
"Cuma teman, dia pasti nganggap kamu cuma teman, ga lebih"
"Dia bilang ga mau kehilangan saya!"
"Bukan kita yang menentukan"
"Dia juga bilang kalo saya adalah yang terbaik yang pernah dia miliki"
"Mungkin kamu salah menafsirkan apa yang dia katakan"
"Saya yang selalu menyediakan telinga untuk dia"
"Itu belum seberapa, orang lain pun bisa melakukannya"
"Dia bilang ingin meringankan beban saya"
"Tapi kan kenyataannya tidak seperti itu"
"Dia juga bilang kalo ingin selalu ada saat saya merasa sedih"
"Kenyataannya dia tak pernah ada kan?"
"Dia yang selalu lebih dulu bilang sayang"
"Mungkin kamu yang salah mengerti"
"Kenapa dia harus pergi?"
"Karena kamu tidak berjodoh dengannya"



buat jeng seriiii.....

Tuesday, April 18, 2006

Kebiasaan buruk saat jam istirahat

Karyawan adalah orang yang berkarya di suatu tempat (menurut saya sih, ga tau deh kalo menurut orang lain). Biasanya karyawan itu punya jam kerja yang kurang lebih sama setiap harinya, dari jam 08.00-16.00 atau nine to five bagi sebagian yang lain.

Bagi karyawan, biasanya jam-jam 10 atau 11 itu mulai dilanda penyakit kebosanan dan keletihan. Ditandai dengan mata mulai berat (ngantuk maksudnya), pundak berasa berat, duduk ga enak, berdiri juga ga kuat (ini sih mendramatisir banget ya!!), yah pokoknya dijamin berpengaruh besar terhadap kinerja.

Makanya seneng bangeddd kalo dah dengar azan zuhur. Tepat banget deh azan jam segitu...pada saat tubuh berada di puncak keletihan, Allah ngasi kita kesempatan untuk memulihkan kondisi tubuh melalui mekanisme yang namanya salat. Ada tuh buku tentang manfaat gerakan salat, dilihat dari segi kesehatan.

Menjelang jam satu biasanya ngariung ma teman2, dan kalo serombongan cewe2 dah ngumpul, apalagi yang dilakuin selain gegosipan. Biasanya sih temanya ga jauh dari gosip2 terkini, cowo, teman kerja, bahkan sampe yang ga bakalan abis kalo diomongin, which is: the big bozz. Kaya kejadian tadi siang, lagi asyik ngerumpiin kerjaan, eh tak disangka tak dinyana, big bozz lewat. HUAH!! Mana pintu ruangan terbuka lagi. Langsung deh nyolek jeng fe......soalnya suara kita kan sopran tuh (maksudnya kenceng gitu!). Suasana langsung jadi hening, mulai deh ngingat2 tadi abis ngomongin apa aja ya. Big bozz kan kalo jalan, suka ga kedengaran gitu, tau2 dah muncul aja di ruangan. Pas jam kerja juga gitu, sering inspeksi ngedadak. Makanya beruntunglah yang komputernya menghadap pintu (seperti saya). Jadi kalo liat babe buka pintu, bisa langsung ditutup semua yang ga ada hubungannya sama kerjaan.

Tips aman di tempat kerja:
1. Berhatilah-hatilah kalo mau ngegosip di ruangan. Pastikan pintu dah ketutup dan ga ada mata2. Baiknya sih memang hindari bergosip, karena gosip itu kan ghibah. Jika berita itu bohong berarti fitnah dan jika benar, maka itulah yang disebut ghibah.

2. Hadapkan monitor ke arah pintu masuk, jadi bisa mengambil tindakan antisipasi menyangkut siapa pun yang masuk ruangan.

3. Manfaatkan waktu istirahat untuk membaca komik Conan, dijamin bakalan jadi seger lagi..........

Monday, April 17, 2006

Detective Conan

Satu-satunya serial komik Jepang yang aku suka ya...DETECTIVE CONAN. Ceritanya menarik, merangsang otak untuk berpikir, dan seringkali sampai satu halaman sebelum cerita itu habis pun, aku masih belum bisa nebak misteri cerita yang bersangkutan. Seru deh kalo lagi baca CONAN, kadang karena nama-nama tokohnya adalah nama-nama Jepang, jadi suka balik lagi ke halaman awal untuk sekadar refresh tentang suatu tokoh.

Komik ini ga pernah ngebosenin, biar udah dibaca berulang-ulang kali. Bahkan masih suka ga ngeh aja siapa penjahatnya, padahal itu sudah ngebaca untuk kali yang ke sekian. Walaupun sekarang dah beragam formatnya, bahkan sampai yang 3 dimensi segala, aku mah masih tetep setia sama seri lama. Kalo ga salah sih serial lama itu dah nyampe nomor 44 (aku belum beli yang ini, belum sempet ke toko buku!).





Tuesday, April 11, 2006

Salah satu perempuan hebat yang saya kenal

Perempuan itu adalah seorang yang sangat hebat. Saya sudah mengenalnya selama hampir 26 tahun. Pada usianya yang ke-46, suaminya mendapatkan serangan stroke yang karena sudah berulang mengakibatkan kelumpuhan permanen dan kesulitan berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan.

Sejak saat itu, hampir bisa dipastikan ia tidak pernah pergi ke mana pun selain bekerja dan menjadi perawat setia bagi suaminya. Setiap jam 12 siang, setelah mengajar di sebuah sekolah dasar, ia langsung bergegas pulang dan menyiapkan nasi tim untuk suaminya. Menunggu masakan itu matang, ia salat dan berlama-lama menadahkan tangan memohon kesembuhan bagi suaminya.

Seringkali baru menjelang asar, ia makan siang. Tidak pernah ada waktu senggang, karena setelah waktu asar biasanya adalah jadwal menemani suaminya di teras rumah atau berjalan-jalan di sekitar rumah dengan kursi roda. Ataupun melatih kaki dan tangan suaminya agar tidak kaku.

Malam hari pun ia terkadang tidak bisa tidur dengan nyenyak. Susah untuk diceritakan, tapi bayangkanlah ada anggota keluarga kita yang sakit, pasti tidak ada yang bisa tidur dengan nyenyak.

Ia selalu bangun malam untuk salat tahajud. Setelah subuh pun tidak ada waktu luang karena ia harus menyiapkan bubur untuk suaminya dan sarapan untuk anak-anaknya. Jam 7 pagi ia berangkat mengajar dan pulang jam 12 siang tepat.

Dahulu, sebelum suaminya sakit, ia selalu menjadi makmum salat bagi suaminya. Kini, peran itu berganti, ialah yang menjadi imam salat bagi anak-anaknya bila anak laki2nya tidak ada di rumah.

Awal suaminya sakit, itu adalah tahun pertama anak sulungnya kuliah di salah satu universitas swasta di Jakarta. Disusul oleh anak keduanya pada tahun berikutnya, dan si bungsu 4 tahun kemudian. Kebutuhan rumah tangga, biaya kuliah, plus biaya perawatan sang suami, tidak bisa dikatakan sebagai jumlah yang sedikit. Tapi perempuan itu tak pernah mengeluh, bahkan anak-anaknya pun tidak merasakan perubahan finansial yang drastis dibanding ketika sang suami masih eksis bekerja. Mungkin perempuan itu sangat terampil menyembunyikan segala beban hidupnya, atau anak-anaknya yang terlalu "cuek"...entahlah.

Hampir tidak ada ritme kehidupan yang berubah. Setiap habis magrib, kebiasaan tadarus masih terus berlanjut. Kebiasaan sowan ke saudara juga masih berlanjut, walaupun tidak full team seperti dulu karena sang ibu pasti lebih memilih menunggui sang suami di rumah. Yang berbeda adalah rumah keluarga itu menjadi lebih sering dikunjungi oleh sanak saudara ataupun rekan-rekan kerja perempuan itu dan suaminya.

Akhirnya, saat itu tiba. Pada usianya yang ke-54, perempuan itu kehilangan suaminya untuk selama-lamanya. Tidak ada tangis histeris ataupun ratapan, hanya ada sedikit air mata ketika jenazah suaminya mulai ditimbun di liang lahat.

Kini, di usianya yang ke-56, kehidupan terus berjalan. Perempuan itu telah berhasil menghantarkan ketiga anaknya mencapai gelar sarjana. Dan ia tetap rajin mengingatkan anak-anaknya untuk ziarah ke makam sang kepala keluarga, tetap menjadi imam salat bagi anak-anaknya, dan masih terus mengabdikan diri sebagai pendidik. Kalau ada yang berubah, adalah kesehatannya yang cenderung menurun. Darah tinggi-nya sering kumat, sering pusing-pusing, dan gampang capek.

Perempuan itu adalah seorang yang sangat hebat. Saya sudah mengenalnya selama hampir 26 tahun. Perempuan itu...adalah yang sampai saat ini masih setia mengirimkan SMS, mengingatkan saya untuk makan siang. Ya.....that's MY MUM.



Untuk Ibu, orang yang sangat saya cintai dan berarti untuk hidup saya, walaupun terkadang seperti ada jurang di antara kita...Yang pasti adalah I LUV U MUM...

Saturday, April 8, 2006

Aku siap sakit hati

Judul di atas diambil dari sebuah lagu Indonesia, yang saya sendiri tidak tahu siapa penyanyinya, cuma pernah dengar seorang penyiar menyebutkan judul lagu tersebut di radio.

Judul itu menyiratkan sebuah kesiapan menghadapi hal terburuk sekalipun dari suatu peristiwa atau keadaan. Apa sih arti sakit hati? Saya beranggapan sakit hati adalah suatu rasa yang kita rasakan ketika ada kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Orang bijak mengatakan hope for the best, prepare for the worst. Dalam hidup, kita tidak selalu bisa mendapatkan apa yang kita inginkan dan harapkan. Seringkali jauh panggang dari api, apa yang kita inginkan tidak selaras dengan kenyataan yang terjadi.

Dulu ketika ayah saya sakit, ternyata....saya siap menghadapi kemungkinan terburuk sekalipun. Dan saya sadar, dalam masalah ini baik buruknya bukan dilihat dari kaca mata manusia tapi pure dari Pemilik manusia.

Sakit hati tidak dilarang, itu adalah sebuah hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika rasa itu dirasakan secara berlebihan sehingga memengaruhi cara pandang serta aktivitas kita.

Sakit hati bisa melanda siapa saja. Dari anak kecil sampai orang dewasa, dari yang suka bantu-bantu di rumah sampai kepala keluarga, dari warga negara sampai presiden, dll. Yang masih hangat sih, tentang sakit hatinya kita terhadap penerbitan kartun SBY oleh media Australia, yang akhirnya mengusik rasa ke-Indonesia-an kita.


Friday, April 7, 2006

It's not that easy

Ternyata ga mudah ya ngebangun mood supaya bisa nulis lagi...
Hiks....hiks....

Monday, April 3, 2006

Menulis...

Dahulu kala saya termasuk orang yang rajin menulis. Sejak kuliah semester 2 sampai lulus, sudah banyak banget deh tulisan saya. Sebagian besar sih berupa buku (diary) dan lembaran-lembaran kertas yang bersambung. Isinya sih standar lah, seperti yang juga sering ditulis orang, tentang kegiatan seharian, apa yang lagi dirasain, yah pokoknya segala macam ada di situ.

Keterbatasan ingatan manusia membuat lembaran-lembaran tulisan itu jadi bermanfaat, minimal untuk saya. Kadang, suka terkaget-kaget sendiri baca tulisan yang ditulis di masa silam. "Hah, kok bisa sih nulis kaya gini!", "Kok bisa sih ngerasa seperti itu!!", biasanya komentar-komentar seperti ini sih yang tercetus saat baca tulisan-tulisan itu lagi.

Dulu, menulis berlembar-lembar ga pernah jadi masalah bagi saya. Entah ya, tulisan itu mengalir begitu saja. Dan hal-hal yang paling pribadi pun bisa saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Salah satu alasannya mungkin, karena saya tidak termasuk orang yang terbuka. Bagi saya, aneh aja kalo harus curhat ke orang lain tentang apa yang saya rasain. Sehingga apa yang saya pikirkan, yang rasa rasakan, semuanya bertumpuk di kepala saya menunggu untuk dikeluarkan. Lewat media tulisan lah saya bisa "mengosongkan" isi kepala saya.

Saya memang tidak bisa dan biasa bercerita kepada orang lain secara lisan, tapi saya termasuk seorang pendengar yang baik. Bahkan, sampai sekarang pun saat sudah bekerja, masih ada saja orang-orang yang mempercayakan telinga saya untuk mendengarkan cerita-cerita atau masalah mereka. Padahal, terkadang saya juga tidak memberikan solusi apa pun atas permasalahan mereka, hanya to' mendengar. Tapi menurut mereka, itu sudah cukup karena mereka hanya butuh didengarkan.

Setiap kali membaca tulisan yang telah lalu selalu menghadirkan sensasi yang sama, seperti saat membuat tulisan itu. Mungkin itu juga sebabnya kenapa saya akhirnya menghancurkan tulisan-tulisan itu menjadi serpihan, karena saya ga mau lagi merasakan sensasi yang sama.


Mencoba untuk menulis lagi dan semoga dengan sensasi yang jauh berbeda

Wednesday, March 29, 2006

Robohnya Surau Kami (*A.A. Navis)

Sama seperti judul di atas, cuplikan dialog antara Tuhan dengan Haji Saleh ini juga diambil dari cerpen yang sama.......

"....kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Sedang Aku menyuruh engkau semuanya beramal walau engkau miskin. Engkau kira Aku ini suka pujian, mabuk disembah saja, hingga kerjamu lain tidak memuji-muji dan menyembahKu saja. Tidak. Kamu semua mesti masuk neraka. Hai malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!"

Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia.


****************

Cerpen ini pertama kali terbit bulan November 1986. Sampai sekarang entah sudah cetakan yang keberapa dan masih relevan. Di sekitar kita, masih banyak orang-orang yang egois, tidak hanya dalam materi, tapi juga dalam kehidupan beragama. Maunya jadi saleh sendiri, kaya sendiri, tanpa mau melihat sekitarnya, bahwa masih begitu banyak kebodohan, kemiskinan, dan kejahiliahan.

Perintah mencari ilmu selaras dengan perintah beramal............

"Bersungguh-sungguhlah mencari kehidupan akhiratmu, tapi jangan lupakan bagianmu di dunia."


*A.A. Navis, sastrawan besar yang telah melahirkan karya-karya monumental dalam sejarah sastra Indonesia

Wednesday, March 22, 2006

Guru Sukwan

Tadi pagi di acaranya Dedy Mizwar dan Sarah Sechan di SCTV ada berita yang cukup mengiris hati. Di Bekasi yang jaraknya hanya puluhan kilo dari ibukota negara kita, ada seorang guru sukwan (sukarelawan) yang dibayar cuma 100 ribu sebulan. Jumlah yang sering saya keluarkan dengan mudah cuma untuk beli voucher....

Dengan gaji sekecil itu, jelas tidak akan cukup untuk mencukupi kehidupannya bersama keluarga. Alhasil jadilah bapak yang mulia itu menutupi kekurangannya dengan menjadi tukang ojek. Dan saya yakin, beliau tidak sendirian. Banyak sekali orang-orang yang bernasib sama. Kekurangan tenaga pengajar di sebuah sekolah di wilayah pelosok mungkin sudah sering kita dengar. Bahkan ada seorang guru dengan tanggung jawab lebih dari satu kelas, sekaligus sebagai kepala sekolah. Tapi ini di Bekasi.....

Jumlah tenaga pengajar yang minim memaksa pihak sekolah merekrut sejumlah guru sukwan, tapi karena keterbatasan dana, hanya sedikit sekali kompensasi yang diberikan pada mereka.

Dari jaman presiden pertama sampai SBY, bukankah sudah ada Departemen Pendidikan? Banyak sekali peristiwa di sekitar kita yang akhirnya mengerucut pada mempertanyakan kinerja pemerintah...............

Tuesday, March 21, 2006

Ada Apa Dengan CPNS?


Beberapa hari ini, setelah berita penayangan bentrok antara polisi dan massa pengunjuk rasa di Abepura, berita tentang serba-serbi pengumuman CPNS mulai menghiasi media cetak dan elektronik kita.

Ternyata banyak ketidakpuasan yang dialami oleh pihak-pihak yang ternyata tidak lolos ujian CPNS. Sebagian besar ketidakpuasan itu melanda orang-orang di daerah. Ada serombongan guru bantu yang kecewa karena tidak lolos, pensil 2B yang diduga palsu, pengumuman hasil ujian yang tidak diterima pelamar, dst....

Akibatnya adalah kekecewaan melanda orang-orang yang sangat berharap menjadi PNS. Misalnya, di sebuah daerah ada seorang bapak berputra 3 yang nekad gantung diri karena tidak lolos tes CPNS, padahal beliau sudah menjadi tenaga honorer selama 5 tahun. Belum lagi isu-isu negatif yang berkaitan dengan uang sogokan mewarnai penerimaan CPNS.

Alamak.....ada apa sih dengan PNS, sampai orang berkeinginan sangat kuat menjadi bagian dari pegawai pemerintahan. Masih ingat kan, suasana pendaftaran, pengambilan nomor peserta, dan saat ujian berlangsung yang dipenuhi oleh banyak sekali peminat.

Sebagai anak pensiunan PNS, saya sudah ngerasain koq seperti apa PNS itu. Paling engga pengamatan terhadap kedua ortu lah. Memang banyak isu-isu negatif mengenai pegawai pemerintahan, dari mulai kinerja sampai inefisiensi anggaran.

Yang jelas, saya tidak apriori dengan PNS, jika someday saya dikasi kesempatan jd PNS, saya berharap tidak memulainya dengan cara-cara yang tidak baik.

Monday, March 20, 2006

Friendship


Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Persahabatan sering menyuguhkan berbagai cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya. Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka-duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, namun semua itu tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian. Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Proses dari teman manjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan, dan pernyataan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan sahabatnya.

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan, orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan. Penyesalan tidak seharusnya ada, yang ada hanyalah penghargaan abadi atas pilihan-pilihan kehidupan yang telah dibuat. Teman sejati mengerti ketika kamu berkata "aku lupa", menunggu selamanya ketika kamu berkata "tunggu sebentar". Akan tiba saatnya di mana kamu harus berhenti mencintai seseorang...bukan karena orang itu berhenti mencintai kita...melainkan karena kita menyadari orang itu akan lebih berbahagia bila kita melepaskannya.

Loving is not how you forget, but how you forgive...

ps: modif dr berbagai sumber
Ternyata ada beberapa bagian yang diambil dari novel Pakistan, judulnya "Cinta Yang Terlambat" Penulis: Dr. Ikram Abidi
. Urutannya ga pas seperti ini sih, kan dah dibilang ini modif dr berbagai sumber, soale waktu itu cuma dapat print out nya aja. Karena saya memaknai persahabatan seperti kalimat-kalimat itu, ya jadilah judulnya: FRIENDSHIP

Ehm...Ehm...Ehm

I believe that life is just a short journey to the final destination, which is the life after death, the eternal one. What we do on this journey determines where we would spend our eternity.

Allah never gave us a test beyond our endurance. When life get really hard, we can always ask Him for strength, for help. And when life being so joyfull...menyenangkan, nyaman.....jangan lupa bersyukur karena banyak yang tergelincir ketika diuji dengan kesenangan.

Engga banget deh...!

Kenapa ya seringkali merasa doing something yang sia-sia, bukannya ingin pamrih, tapi bukannya setiap pekerjaan (apapun itu!!) harus dilaksanakan sesuai dengan yang sudah direncanakan supaya tak ada komplain di kemudian hari. Bukankah orang bijak pernah bilang "Ketika kita gagal dalam merencanakan, siap2lah untuk mendapatkan kegagalan". Begitu besarnya peranan perencanaan,sampe dibilang "siap2 deh gagal, kalo ngerencanain aja ga bisa...."

Mungkin bisa berapologi dengan "Kita kan cuma manusia biasa, yang bisanya sekadar berusaha, hasilnya Allah yang ngatur"...Sebagus2nya rencana manusia, kalo Allah berkehendak lain...(apa mau dikata). Mungkin, solusinya gini, rencana yang sudah sangat bagus aja kalo ga diridhoi tetep aja gagal, apalagi rencana yang asal2an.....tapi ingat! bisa juga sebaliknya. Logikanya akan sama dengan: yang namanya jodoh, rezeki, maut itu adalah kuasanya Allah, tapi kita juga kan ga pnh diajarkan untuk mendekati kematian. Misalnya terjun ke sungai beraliran deras padahal ga bisa berenang, dengan prinsip maut kan dah ada yg ngatur.....itu bunuh diri namanya...

Yang bisa dilakukan adalah merencanakan sebaiknya-baiknya, melaksanakan semaksimal mungkin, masalah hasil serahin aja sama Allah. Kan yang dinilai prosesnya, bukan output-nya. Kalo output-nya dah di luar kekuasaan kita.

Makanya kambingnya diiket dulu, masalah kalo nti tetep ilang....ya malingnya aja yang terlalu kreatif, kambing dah diiket, masih aja dibawa kabur...

Wednesday, March 15, 2006

Syapa juga yang tak mau...

Tadi baru aja buka milis angkatan, yang jadi pelipur kekangenan sama teman2 jaman kuliah dulu, karena sekarang dah jarang banget kita ketemuan ato punya acara yang skala besar (artinya banyak yang datang gitu!)...Walaupun sering juga sih buka milis, tp ga ada posting-an apapun...karena kesibukan kali ya...

Berita terbaru sih jumlah keluarga besar kita (geoui97) dah nambah....katanya sih..dah banyak punya ponakan baru. Ikut seneng sih...jujur. Tapi ya gitu...menambah jumlah orang2 yang bertanya2...kapan nyusul? kapan married?...huh pertanyaan klise. Syapa Juga Yang Tak Mau!...Segala sesuatu akan menjadi lebih mudah ketika kita melihat bright side-nya. Mencoba berdamai dengan kondisi yang saat ini dijalani.
Santai aja ga usah ngoyo, semoga Allah SWT juga memberikan kita kemudahan dalam masalah yang satu itu.
Nah, ada beberapa tips nih buat yang belum berumahtangga..baca baik2 ya..
1. Sering2 beresin rumah (ortu), krn nanti kl dah nikah dan di bawa pergi ma orang
kan ga bisa lagi tuh.
2. Banyak2 baca buku tentang "Enaknya Hidup Melajang", krn nanti kl dah nikah kan
pasti ganti bacaan, baca buku tentang Kehidupan Berumahtangga misalnya.
3. Banyak berdoa sama Allah, supaya dikasi pendamping hidup yang terbaik.
4. Sering2 datang ke kondangan teman, paling engga jd punya banyak pengalaman
pernikahan
5. Kalo kondangan, jgn lupa ambil kartu nama kateringnya dan inget2 katering mana
yang makanannya paling enak, pasti ada gunanya nanti.

Tips di atas dibuat bukan berdasarkan urutan lo....jadi kalo mo ngejalanin tips di atas, jgn terpaku sama no. urutnya ya..........

Tuesday, March 14, 2006

Sindrom anak baru

Entah ya, karakternya seperti apa, karena tau namanya aja engga, tp ya gitu kesan pertama....JUTEK....ceritanya papasan nih di tangga, tp doi diam aja. Yah mungkin seperti itulah..harusnya sih tuan rumah ya yg membuat nyaman penghuni baru, tp kan penghuni baru jg jgn diam aja, paling engga senyum kek...toh senyum itu ga dilarang kok di UU APP yang belum disahkan juga. Itu cerita cewe baru di lt3....kalo yang ini cowo baru di lt4.Yang namanya jeng sri, senenenggg banget ada anak baru di ruangannya itu, ampe dia bilang "anak baru dilt.4 kacian deh, ga ada yang temenin, ga ada komputer, sampe tidur deh.. kenalan tuh, siapa tau dia jadi semangat"...Bisanya nyuru2 orang kenalan, padahal sih doi tuh yang pingin kenalan..........huahahahah........!

Monday, March 13, 2006

Akhirnya.......................

Hihihi.......akhirnya jadi juga nih blog....ga percuma deh kursus kilat sama jeng fety.Kenapa dinamain buYus? itu nama panggilan saya waktu awal2 kuliah dulu (duluuu banget). Ada buYus dan buNdut, jd dah kebayang kan apa arti buYus.....yap kependekan dari ibu kurus....hihihi....alhamdulillah, dari dulu ampe skarang ga pernah ada masalah dengan berat badan yang cuma segitu, malah banyakan untungnya....kalo naik angkot ga pnh kesempitan, bisa dengan leluasa lewat di belakangnya mas kokom (padahal space-nya kecil bgt lo), and so on.....Wah, gawat nih bisa keasikan nulis, padahal mah bukannya ga ada kerjaan, tp banyak bana..........Lagi ada anak2 baru nih di tempat kerja, jd inget dulu, waktu baru masuk juga....masih malu2.....sekarang mah malu2in.....................