Friday, July 28, 2006

Beratku tiga enam lagi!!!

Ga penting banget si, han….di saat semua orang menuliskan sesuatu yang “berat2” di blog-nya, ini malah keluar jalur dengan ngomongin something yang benar2 “enteng”. Tapi ya sah2 aja sih, ga ada yang ngelarang kok kita mau nulis apa aja di blog (kita sendiri), yang penting bukan hal2 yang negatif yang sifatnya provokatif serta menyinggung SARA.

Blog ini memang ber-title sesuai dengan pemiliknya. Memang ga terlalu keliatan banget sih kurusnya, karena lebih suka pake pakaian yang kagadangan. Dulu sih, salah satu alasan suka pake pakaian kagadangan, ya..untuk nutupin kekurusan aja. Kalau sekarang kan lain lagi alasannya…sudah mulai mengerti. Semasa kuliah dulu, dari awal jadi anak baru sampe lulus, hanya ada satu hal yang konstan (eh, salah deh dua maksudnya..tapi itu ga bakal dibahas di sini..sikrit!). Salah satu hal yang konstan dan bukan eRHaeS adalah…berat badan. Timbangan ga pernah bergeser dari dua angka itu. Mau nimbang di rumah ndiri, atopun di rumah teman tetep aja segitu-gitu juga (mungkin kalo nimbang di Posyandu bisa lain kali ya hasilnya). Padahal sih makan juga ga susah2 amat, ga milih lagi. Cuma ya gitu, namanya anak kuliah, makan siang bisa jam berapa aja dan belum tentu juga makan nasi. Udah gitu emang dasarnya ga doyan ngemil, ga hobi deh..

Setelah setahun kerja mulai ada perubahan. Nyokap dah mulai sering bilang, “Kayanya kamu gemukan deh”. Trus pernah nih, beli rok ukuran M…masa iya sempit. Ga ada tuh dalam sejarahnya, beli rok (ataupun pakaian) kesempitan…biasanya selalu kagadangan. Trus berasa cepat capek, jalan sedikit aja..dah ngos2an (ini sih karena faktor usia juga kayanya….deu…). Makanya setelah lama ga nimbang (karena yakin angkanya masih akan tetap sama), coba untuk nimbang. And walah…forty!… Masa sih, sempet ampe ga percaya gitu. Nyokap aja terkaget2, untung ga jantungan. Kata nyokap ga sia2 deh bikinin susu dua kali sehari, maksa2 makan malam jam 10 pulang lembur…padahal jam 7-nya dah makan di kantor. Ga tau ya kenapa berat badannya bisa naik, karena tetep aja jarang ngemil di kantor. Mungkin karena jam makan siangnya teratur kali ya…dan selalu always makan nasi ga pernah never. Seneng, karena berarti bisa ikutan donor darah. Karena kata orang2, batas minimal berat badan untuk boleh ngedonor adalah empatpuluh.

Itu dulu, ya..sepuluh bulan yang lalu lah. Nah, kemarin tiba2 aja curious…pingin nimbang aja. Dan kaget lagi…kali ini kagetnya sedih. Kok tiga enam!!! Turun lagi dari timbangan karena siapa tau mulainya bukan dari angka nol. Soalnya baru2 ini sepupu2ku pada ke rumah dan biasanya mereka suka banget “ngacak2” timbangan. Tapi, bener kok…mulainya dari angka nol, berarti ya berat badanku emang segitu. Mungkin bagi sebagian orang menganggap..biasa aja lagi turun berat badan. Dulu aku juga gitu, ga pernah terlalu pusingin masalah itu, paling nyokap yang khawatir. Tapi berhubung dah pernah ngerasain naik, ada rasa kehilangan juga. Ini juga mungkin yang dirasakan oleh banyak orang di luar sana. Yang harus kehilangan harta benda karena bencana, kehilangan tempat bernaung karena diperuntukkan bagi yang masih aktif, yang harus kehilangan orang tua, kehilangan anak. Yah…itulah namanya kehilangan. Sesuatu yang pernah dimiliki, kemudian tidak lagi menjadi milik kita. Di mana-mana kehilangan akan tetap sama. Besar kecil….relatif. Jadi kurang tepat rasanya kalau harus menjudge orang lain dengan…”Ah, cuma segitu aja” atau “Itu sih belum seberapa dengan yang saya rasakan”. Di mana-mana, rasa kehilangan akan tetap sama….walaupun hanya kehilangan kesempatan tuk ngedonor .



Tuesday, July 25, 2006

Murkakah Allah Pada Kita?

Bencana kini datang silih berganti di negeri kita. Belum tuntas penanganan bencana yang satu, kita kembali dihadapkan pada bencana yang lain. Kita seperti sedang mengantri, menanti kapan kita akan mendapat gilirannya. Mulai dari gempa dan tsunami di NAD dan Sumut, gempa bumi di Yogyakarta dan Jateng, banjir lumpur di Sidoarjo, banjir bandang di Kalimantan dan Sulawesi, kekeringan di beberapa sentral pertanian di Pulau Jawa dan Sulawesi, gempa bumi (dan tsunami) di Pangandaran dan Cilacap, rangkaian gempa di Bengkulu, Gorontalo, dan Bali.

Bencana membuat banyak orang kehilangan. Kehilangan orang-orang yang dicintai, kehilangan tempat tinggal, harta, mata pencaharian, kesempatan untuk bersekolah, dan kesempatan untuk hidup lebih lama bersama dengan orang-orang yang dicintai.

Ada apa dengan negeri ini? Negeri dengan puluhan ribu pulau yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah. Mulai dari hutan-hutan tropis dengan berbagai flora dan fauna endemik, kekayaan laut, mineral yang tersimpan di dalam perut bumi, dan sebagainya. Negeri ini pun memiliki komunitas muslim terbesar di dunia. Mungkin ada yang salah dengan cara kita mengelola negeri ini. Dalam Surat Ar-Rahman ayat 8-9 Allah berfirman: Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca (keadilan) itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. Mungkin sudah begitu banyak ketidakadilan di negeri ini. Ketidakadilan kepada sesama ataupun ketidakadilan kita terhadap alam. Berapa banyak hutan yang kita babat habis dan kita jual kayunya dengan harga murah ke luar negeri. Kita biarkan perusahaan-perusahaan asing mengelola aset negara dan menjual bahan mentahnya ke luar negeri dengan harga murah dan kita beli kembali dengan harga yang jauh lebih mahal. Kita keruk habis-habisan kekayaan alam negeri ini tanpa pernah memikirkan bahwa suatu saat kekayaan itu akan habis.

Dalam Surat Nuh ayat 25 Allah berfirman: Disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain Allah.
Semoga kita tidak menjadi seperti kaum Nabi Nuh, yang ditenggelamkan Allah karena sombong dan ingkar, padahal Nuh telah memberikan peringatan kepada mereka tetapi mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan sangat (QS. Nuh: 7).

Bagaimana kita menyikapi bencana-bencana ini? Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menyatakan bahwa berbagai musibah yang melanda bangsa ini bukan laknat dari Sang Maha Pencipta. Kita berharap bencana-bencana tersebut merupakan ujian dan cobaan agar kita mawas diri dan introspeksi. Jangan sampai kita kehilangan kepedulian kepada sesama. Mungkin itulah yang bisa menyelamatkan diri kita dari bencana yang setiap saat bisa menghampiri.

Saturday, July 22, 2006

I'M BACK!!!

Akhirnya, setelah sebulan lebih ga bersentuhan dengan dunia maya ...................................

Mudah-mudahan mulai hari ini, bisa posting lagi cerita-cerita atau apalah yang bisa dibagi di sini, mudah-mudahan sih ga ada yang komplain (tapi apa bisa ya..sekarang tuh lagi overload banget deh yang harus dikerjain..)

Saking lamanya ga posting, ampe dibilang RIP.....sedihnya...

Okey...see u again in my next writing...